logo blog
Sela Sela Sela
Terima kasih atas kunjungan Anda di website Jendela Pendidikan,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

TUNTUNAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM MENDIDIK ANAK

TUNTUNAN NABI MUHAMMAD SAW DALAM MENDIDIK ANAK

Mendidik Anak Dengan Cara Menghormati Anak
Islam sesungguhnya memerintahkan kepada setiap anak untuk menghormati orang tua dan begitu juga sebaliknya, sebagaimana Rasulullah Saw, bersabda “ Muliakanlah anak-anamu dan perbaikilah akhlak mereka”. (H.R Ibnu Majah) sebagaimana setiap manusia membutuhkan penghormatan dan penghargaan, maka demikian pula terhadap anak-anak. Itulah mengapa Islam melarang perbuatan penggunjing, memaki, memperolok, merendahkan, mengumpat dan membuka aib orang.
Rasulullah Saw, telah mencontohkan kepada umatnya, bagaimana beliau menghormati dan menyayangi anak-anak: 

“Diriwayatkan dari Ummi Khalid binti Khalid bin Sa’id, Ia berkata, Aaku mendatangi Rasulullah Saw, yang bersama ayahku. Aku mengenakan baju yag berwarna kuning. Rasulullah Saw bersabda, ‘Sanah, sanah’. (bahasa habsyi, artinya hasanah: bagus). Lalu aku beringsut kedepan, bermain-main dengan kucing Rasulullah Saw. Dan ayahku mencegahku. Rasulullah pun Bersabda, biarkanlah ia.” (HR. Bukhari)
Dalam hadis tersebut mengilustrasikan sikap tawadhu’ dan bijaksana rasulullah Saw. Saat beliau tidak membentak Ummi Khalid yang bermain-main dengan kucing beliau. Sebagai tambahan, hadis ini juga menjelaskan secara implisit tentang kebolehan lelaki dewasa bermain-main dengan anak perempuan yang masih kecil tidak mengundang syahwat. (Badruddin al-aini, Umdatul Qori Syarh Shahih Bukhari, Jilid 21, hal. 96-98).
Adapun sikap-sikap menghormati anak yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:
  1. Menasehati Anak, Bukan Memakinya Adakalanya, anak melakukan kesalahan yang tidak termaafkan apabila hal tersebut dilakukan oleh orang dewasa. Namun demikian, kesalahan tersebut dapat dimaafkan disebabkan usia anak yang masih kecil. Sebagai pihak yang bertanggung jawab kepada anak, orang tua atau pendidik seharusnya memaafkan perbuatan anak-anaknya. Rasulullah Saw. Memerintahkan untuk bersikap lemah lembut sebagai kebaikan dari sikap kejam/suka memaki apabila orang lain melakukan kesalahan. Sikap lembut merupakan sebuah tuntutan bagi orang tua maupun pendidik dalam memperlakukan anak yang masih kecil, terutama saat anak melakukan kesalahan atau melakukan perbuatan yang membuat orang tuannya marah.Maka dari itu, ada sebuah kejadian bahwa jika kelembutan bisa kita lihat dalam kasus laki-laki arab yang kencing di dalam mesjid, maka kelembutan kedua orang tua dalam memperlakukan anaknya merupakan hal yang lebih dituntut saat anak melakukan kekeliruan.
  2. Memberikan Hadiah dan Sanksi yang Mendidik Memberikan hadiah jika anak melakukan kebaikan dan memberikan sanksi apabila anak melakukan kesalahan merupakan prinsip dalam ajaran agama Islam.  Agar hadiah yang diberikan dapat memberikan efek positif, hendaknya hadiah atau reward tidak selalu berbentuk materi. Namun, dapat pula berupa sesuatu yang dapat membuat anak merasa bangga dan bahagia. Misalnya saja pujian, senyuman, atau memuliakan anak didepan orang lain. Selain itu, hindari pujian-pujian yang mengakibatkan anak menjadi takabur dan sombong. Kemudian, pemberian sanksi, sanksi atau hukuman dalam prinsipnya hendaknya disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak usia dini (playgroup dan TK) terkadang dengan memperlihatkan wajah cemberut anak sudah memahami bahwa orang tuannya tidak suka atau sedang marah. Hindari memberi hukuman dengan memukul anak.Biasanya sanksi akan efektif, jika berhubungan dengan sesuatu yang menjadi kesukaan anak. Misalnya, anak tidak mau merapihkan kamar, maka sanksinya dia tidak boleh bermain bola pada hari itu. Sosialisasikan sanksi pada anak sebelum dia melakukan kesalahan. Akan lebih baik lagi jika sanksi didiskusikan bersama anak-anak. Orang tua dan pendidik harus konsisten dengan sanksi yang diberikan. Dengan demikian mereka akan belajar menerima konsekwensi.
  3. Tidak Membanding-bandingkan Anak Sebagai orang tua atau pendidik, terkadang tanpa kita sadari mereka sering membanding-bandingkan anaknya dengan anak yang lain. Entah karena anak tersebut lebih menurut pada orang tua, lebih pintar, lebih rajin, dan lain sebagainya. Padahal, jika sikap tersebut berulang-ulang dilakukan oleh orang tua, maka dampaknya akan sangat merugikan anak yang sering dibanding-bandingkan. Salah satunya, untu anak yang kerap menjadi bahan pembanding bisa salah arah karena merasa dirinya paling sempurna. Dan sebaliknya, anak yang sering dibandingkan akan cenderung kurang percaya diri dan selalu ragu-ragu  dalam bertindak apapun yang akan dan sedang dilakukan. Kebiasaan membanding-bandingkan juga memunculkan persaingan tidak sehat antara anak-anak, bahkan sampai tidak percaya kepada orang tua.
  4. Bersikap Adil Terhadap Anak-Anak dalam Pemberian Rasululla Saw, melarang perlakuan yang tidak adil terhadap anak-anak, terlebih lagi mengistimewakan salah satu anak dan mengesampingkan anak yang lain. Perlakuan tidak adil pada anak-anak akan mengakibatkan permusuhan, dendam, dan kemarahan diantara mereka. Bahkan, dapat memutuskan tali silaturahmi. Salah satu sikap adil yang harus dilakukan orang atau pendidik adalah melerai anak-anak ketika mereka bertengkar.
  5. Membiasakan Musyawarah dengan Anak-Anak Orang tua adalah pelindung dan pemimpin anak-anak. Namun demikian, bukan berarti orang tua dapat bersikap otoriter kepada anak-anaknya. Penting sekali melibatkan anak-anak dalam mengambil suatu keputusan. Banyak hikmah dan manfaat yang dapat dirasakan anak-anak ketika diajak musyawarah oleh orang tua.
  6. Memberikan Tanggung Jawab Kepada Anak-Anak Membiasakan anak bertanggung jawab dalam keseharian, akan membentuk jiwa kepemimpinan dan empati terhadap orang lain. Untuk itu, penting sekali sejak dini orang tua dan pendidik memberikan kepercayaan kepada anak untuk bertanggung jawab terhadap kebutuhan dirinya sendiri.Sering kita jumpai orang tua cenderung menyerahkan semua kebutuhan anak kepada pembantu, bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun. Mulai biasakan anak untuk melakukan sendiri sesuatu yang mudah dilakukannya. Mulai dari aktivitas makan dan minum, memakai baju sendiri, sampai dengan merapihkan mainannya. Jika anak sudah dibiasakan mengandalkan orang lain sejak dini untuk memenuhi segala kebutuhannya, niscaya anak akan tumbuh menjadi anak yang manja dan lemah


Enter your email address to get update from jendela pendidikan.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Copyright © 2013. Jendela Pendidikan - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger