logo blog
Sela Sela Sela
Terima kasih atas kunjungan Anda di website Jendela Pendidikan,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KETAUHIDAN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI


Pembelajaran adalah sebuah upaya logis yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan belajar anak. Pembelajaran akan sangat bergantung pada pemahaman seorang guru terhadap hakikat anak sebagai peserta atau objek belajar. Dengan demikian, pembelajaran mempunya dan bersifat khas sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.

Untuk mampu dalam memahami kekhasan suatu model pembelajaran, maka, kata kunci pertama yang harus dibutuhkan adalah bahwa seseorang guru harus memahami karakteristik dan kebutuhan pembelajaran secara memadai dan optimal. Dan jika kita ingin mengetahui bagaimana kekhasan pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau lembaga pendidikan prasekolah, sebaiknya harus dirancang dengan lebih baik. Mutlak bagi kita untuk mengetahui bagaimana cara belajar anak usia dini atau pra-sekolah serta model pembelajaran yang diterapkan. Dengan begitu, proses pembelajaran pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan baik dan juga optimal.
Maka dari itu, mari kita bahas tentang model pembelajaran berbasis ketauhidan. Makna tauhid itu sendiri yaitu mengesakan Allah SWT atau kuatnya sebuah kepercayaan bahwasannya Allah SWT itu hanya satu (Esa). Dimana kedudukan manusia disini adalah sebagai hamba yang menyembah hanya kepada –Nya. Hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut dengan akidah, yaitu apa yang diyakini oleh seseorang. Akidah yang benar menjadi landasan atau pondasi seseorang untuk melakukan amal dan perbuatannya. Karena akidah yang benar akan menuntun manusia untuk berbuat yang benar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kebenaran. Selain itu, akidah jug merupakan sebuah dasar keimanan seseorang terhadap Allah SWT. Hal ini telah disebutkan dalam Al-qur’an sebagai berikut:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknnya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “ Hai anaku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (Q.S Luqman [31]:13).

Ayat di atas merupakan sebuah bentuk perintah untuk mengenalkan dan mengajarkan setiap anak tentang Tuhannya. Sebab, dengan mengesakan-Nya, seorang anak akan terjaga keimanannya yang merupakan fondasi dasar setiap manusia. Potensi keimanan ini telah diberikan Allah SWt, sejak manusia dilahirkan ke alam dunia. Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan-pembahasan sebelumnnya, bahwa diantara karakter dasar anak usia dini yaitu potensi kebaikan (keberagamaan). Potensi ini sudah menjadi barang tentu bersumber pada ajaran agama, yang mana ujung-ujungnya adalah suatu sikap untuk mengenal dan mengesakan Tuhannya. Dengan mengajarkan anak untuk beragama dengan baik, maka secara tidak langsung didalamnya telah memerintahkan untuk berbuat kebajikan. Hal ini termasuk dari bagian pendidikan karakter bangsa.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengaplikasikan pembelajaran berbasis ketauhidan (keberagamaan/akidah). Dalam konteks ini, setiap pendidik maupun orang tua dapat mengajarkan anak tentang mengenal Allah Swt secara perlahan-lahan dari suatu hal yang konkret (nyata). Misalnnya, Allah itu penyayang, Allah maha pengasih dan lain sebagainnya. Selain itu juga, bahwa perlu mengajarkan senantiasa beribadah kepada anak untuk menyembah dan mengingat Allah Swt yang telah menciptakannya, seperti melaksanakan rukun Islam.
Dalam Al-Qur’an pun, manusia (termasuk anak) adalah makhluk spiritual. Dia mempunyai peranan yang pasti di panggung kehidupan duni ini, dan aktivitasnnya diatur oleh prinsip dasar tertentu yang jika dilanggar akan menjad orang jahat dan jika dipatuhi akan menjadi orang yang baik. Dari keadaan yang demikian, manusia sering disebut sebagai homo religius. Dengan adannya fitrah beragama, manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan rasa agama.
Untuk lebih masuk kedalamnya, ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis ketauhidan, dan diantaranya yaitu sebagai berikut:
  1. Mengutamakan adab sebelum ilmu. Guru dan peserta didik wajib mengembangkan adab yang sempurna dalam ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan tidak bisa diajarkan kepada siapapun tanpa adab. Ilmu pengetahuan harus dikuasai dengan pendekatan yang berlandaskan sikap ikhlas, hormat, dan sederhana terhadapnya.
  2. Menyeluruh dan selaras. Pendidikan yang integral adalah pendidikan yang mampu memenuhi dengan baik dua aspek kebutuhan manusia, yaitu jasad dan ruh. Keseimbangan antara ilmu dan iman. Serta, penggabungan antara ilmu pengetahuan dan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
  3. Kembali kepada fitrah. Pada awalnya, Allah Swt telah menciptakan segala sesuatu pada status inisialnnya dalam keadaan adil. Semuannya telah tertata dengan rapih dalam susunan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Demikian juga manusia, yang telah menempati posisi, di mana dia dapat mengenal Tuhannya dan meresapi kekuasaan-Nya sebagaimana janji primordial yang pernah dia ucapkan (Q.S Al A’raf [7]:172). Status inisial yang sesuai dengan kehendak Allah inilah yang dinamakan dengan status fitrah. 

Untuk dapat mewujudkan pembelajaran berbasis ketauhidan ini dapat dilakukan oleh orang tua sejak anak dilahirkan. Misalnya, mengazani anak yang baru dilahirkan, memberikan nama yang baik, melaksanakan aqiqah, mengajarkan ibadah, dan memberikan pendidikan ssuai dengan tingkatan usianya. Demikian gambaran mengenai pembelajaran berbasis ketauhidan semoga bisa bermanfaat untuk kita.

Enter your email address to get update from jendela pendidikan.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Copyright © 2013. Jendela Pendidikan - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger