PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER
Sebuah tindakan, prilaku, dan sikap seseorang itu tidak semata-mata dan datang dengan tiba-tiba muncul atau terbentuk bahkan sebuah pemberian dari Yang Maha Kuasa. Tetapi ada sebuah proses sebelumnya yang panjang, yang kemudian dalam proses tersebut membuat sebuah prilaku, sikap dan tindakan melekat pada dirinya. Bahkan, sebuah karakter itu sudah mulai terbentuk sejak dia masih berada di dalam kandungan baik sedikit ataupun banyak.
Dalam proses pembentukan karakter, menurut ahli. Ratna Megawangi mengataan bahwa sebuah proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Sejatinya ada tiga pihak yang mempunyai peran penting terhadap sebuah pembentukan karakter anak yaitu: keluarga, sekolah, dan lingkungan. Ketiga pihak itulah yang harus memiliki sebuah hubungan yang sinergis.
Akan tetapi sebuah kunci dari pembentukan karakter dan merupakan dasar pendidikan sejatinya adalah sebuah keluarga. Karena keluarga merupakan sebuah awal dan utama sebuah pendidikan dalam kehidupan anak, sebab dari keluargalah seorang anak akan mengenal sebuah pendidikan atau mendapatkan pengenalan pertama dalam kehidupan ini serta menjadi dasar dari perkembangan dan kehidupan anak untuk kemudian hari. Keluarga memberikan dasar pembentukan dari tingkah laku, watak, dan moral anak. Dalam keluarga ada pendidik yang lebih baik yaitu orang tua yang bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pengontrol dan sebagai guru atau pendidik terhadap anak-anaknya.
Akan tetapi, kecenderungan pada sekarang ini pendidikan yang semula menjadi sebuah tanggung jawab keluarga kini sebagian besar diambil oleh sebuah lembaga-lembaga sosial dan sekolah. Pada mulanya fungsi ibu atau orang tua sudah diambil alih oleh pendidikan prasekolah. Begitu juga masyarakat mengambil sebuah peranan yang besar dalam pembentukan karakter.
Sebuah lembaga pendidikan yang paling depan dalam mengembangkan pendidikan karakter adalah sekolah. Karena melalui sekolah proses-proses pembentukan dan pengembangan karakter anak itu mudah diukur dan dikontrol. Sekolah juga berperan dalam memperkuat proses otonomi siswa. Karakter seseorang itu dibangun secara konseptual dan pembiasaan-pembiasaan dengan menggunakan sebuah pilar moral, dan seyogyanya memenuhi suatu kaidah-kaidah tertentu.
Dalam hal ini, Anis Matta dalam Membentuk Karakter Muslim menyebutkan beberapa kaidah dalam pembentukan karakter: Pertama, Kaidah kebertahapan. Dalam membentuk dan mengembangakan karakter itu tidak bisa secara instan ataupun terburu-buru dalam mendapatkan sebuah hasil. Dalam hal ini, kita harus bersabar dan terus-menerus untuk tetap konsisten dalam proses pendidikan. Karena orientasi dalam kegiatan ini berfokus pada sebuah proses bukan hasil. Proses pendidikan itu lama namun hasilnya paten. Kedua yaitu Kaidah Kesinambungan. Kalau kita lihat dari sudut sebuah pembiasaan ataupun latihan, walaupun hanya dengan porsi yang sedikit, yang terpenting adalah kesinambungannya atau continue. Karena proses yang berkesinambungan inilah yang nantinya akan membentuk rasa dan warna berfikir seseorang yang lama-lama akan menjadi sebuah kebiasaan dan seterusnya menjadi karakter yang diharapkan. Ketiga, kaidah momentum yaitu berbagai momentum peristiwa untuk sebuah fungsi pendidikan dan latihan. Keempat, Kaidah Motovasi Instrinsik yaitu karakter yang kuat akan terbentuk sempurna jika yang menyertainnya benar-benar lahir dari dalam dirinya sendiri. Kelima Kaidah Pembimbingan, yaitu dalam pembentukan karakter ini tidak bisa dilakuka tanpa seorang guru/pembimbing.