logo blog
Sela Sela Sela
Terima kasih atas kunjungan Anda di website Jendela Pendidikan,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN KARAKTER ANAK

Pengaruh Lingungan Terhadap Perkembangan Karakter Anak
Pada postingan kali ini situs jendela pendidikan akan mengulas tentang pengaruh lingungan terhadap perkembangan karakter anak. Karena tidak bisa kita pungkiri bahwa budaya yang ada di lingkungan sebuah lembaga, baik sekolah ataupun di dalam sebuah keluarga itu sangat mendominasi dalam tumbuh kembangnya karakter anak. 

Oleh karena itu lingkungan yang baik akan memberikan stimulan yang positif pada perkembangan karakter anak dan begitu pun sebaliknya bahwa lingkungan yang buruk akan berdampak buruk terhadapan perkembangan karakter anak. Dalam mewujudkan karakter yang baik maka harus menciptakan sebuah lingkungan budaya yang baik pula, karen budaya merupakan sebuah bentuk yang terdiri dari beberapa unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Menurut Pestalozzi “keluarga merupakan cikal bakal pendidikan yang pertama, sehingga baginya seorang ibu memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam memberikan dasar-dasar pendidikan yang pertama bagi anak-anaknya”. Dari pandangannya tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan keluarga memilliki potensi yang lebih besar dalam membentuk karakter kepribadian anak dibandingkan dengan di sekolah. Karena dalam lingkungan sekolah dalam mendidik anak itu terbatas ruang dan waktu dibandingkan dengan lingkungan keluarga. Dan kasih sayang yang didapatkan anak dalam lingkungan keluarga akan membantu mengembangkan potensinya. Baca juga [PENTINGNYA KASIH SAYANG DALAM MENDIDIK ANAK]
Dalam buku, Building Moral Intelligence: The Seven Essential Vitues That Kids to Do The Right Thing (2001) (Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi, 2008), Borba menguraikan berbagai cara untuk membangun kecerdasan moral. Menurut Borba (2008: 4) kecerdasan moral adalah kemampuan seseorang untuk memahami hal yang benar dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap benar dan terhormat. Borba menawarkan cara untuk menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak, yakni dengan menanamkan tujuh kebajikan utama (karakter mulia): empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Ketujuh macam kebajikan inilah yang dapat membentuk manusia berkualitas di mana pun dan kapan pun.
Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih sayang. Hati nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar daripada jalan yang salah serta tetap berada di jalur yang bermoral; membuat dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya.Kontrol diri dapat membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan mengambil tindakan yang berakibat buruk. Kebajikan ini membantu anak menjadi mandiri karena ia tahu bahwa dirinya bisa mengendalikan tindakannya sendiri. Sifat ini membangkitkan sikap mural dan baik hati karena ia mampu menyingkirkan keinginan memuaskan diri serta merangsang kesadaran mementingkan keperluan orang lain. Rasa hormat mendorong anak bersikap baik dan menghormati orang lain. Kebajikan ini mengarahkannya memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin orang lain memperlakukan dirinya, sehingga mencegahnya bertindak kasar, tidak adil, dan bersikap memusuhi. Dengan ini ia akan memerhatikan hak-hak serta perasaan orang lain. Kebaikan hati membantu anak menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Dengan mengembangkan kebajikan ini, ia lebih berbelas kasih terhadap orang lain dan tidak memikirkan diri sendiri, serta menyadari perbuatan baik sebagai tindakan yang benar. Toleransi membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, agama, kepercayaan, kemapuan, atau orientasi seksual. Dengan toleransi ia akan memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan karakter merea. Keadilan menuntun anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apa pun. Ia juga terdorong untuk membela orang lain yang diperlakukan tidak adil dan menuntut agar setiap orang diperlakukan setara (Borba, 2008: 7-8).
Dengan demikian, telah dijelaskan di atas jelaslah bahwa membangun kultur atau lingkungan yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan, yakni karakter mulia, sangatlah penting. Dua lingkungan utama peserta didik, yakni lingkungan sekolah, dan lingkungan keluarga, seharusnya dibangun sebuah komitmen yang sinergis dan bersama-sama mendukung proses pendidikan dan pembelajaran. Lingkungan yang jelek tidak hanya menghalangi terwujudnya sebuah tujuan pendidikan karakter anak, akan tetapi juga akan merusak karakter anak yang dibangun melalui proses pembelajaran di sekolah.

Demikianlah ulasan mengenai Peran Lingkungan dalam Pengembangan Karakter. Semoga dapat bermanfaat dan membantu mewujudkan tujuan pendidikan karakter.
Enter your email address to get update from jendela pendidikan.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Jendela Pendidikan - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger