logo blog
Sela Sela Sela
Terima kasih atas kunjungan Anda di website Jendela Pendidikan,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)


Model pembelajaran yang biasa kita kenal dengan singkatan AIR itu terdiri dari kata Auditory, Intellectualy, Repetition. Belajar dengan model auditory, yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Belajar dengan cara auditory sangat dianjurkan terutama oleh bangsa Yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti (dave Meier: 2002). Dan sementara menurut Erman Suherman (2008) auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Dalam pembelajaran auditory, bahwasannya siswa dititik beratkan untuk mendengarkan dan menyimak dengan kemudian belajar berbicara tentang apa yang telah disimak dan kemudian di ungkapkan dengan didasari argumen.

David Meier (2003) menambahkan lagi tentang intellectualy menunjukan apa yng dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit yang diberikan, maupun ketika dianggap perlu pegulangan. Intellectualy juga bermakna belajar, haruslah menggunakan kemampuan berfikir (mine-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan menurut Erman Suherman (2008) menjelaskan repetition merupakan pengulangan, degan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis. Pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam., disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan atau kuis. Dengan pemberian tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.

Jadi dapat kita pahami, dengan melakukan model pembelajaran AIR ini diharapkan siswa bisa melakukan presentasi atau berbicara didepan kelas, sementara siswa yang lainnya menyimak siswa lain yang sedang presentasi, disamping meningkatkan daya ingat, siswa juga diharapkan bisa meningkatkan kemampuan mereka terhadap sebuah permasalahan tengtang materi yang dipresentasikan untuk kemudian diselesaikan atau dipecahkan permasalahan tersebut.

Langkah-Langkah
  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok kalau bisa 4-5 anggota
  2. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa
  3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory)
  4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectual)
  6. Setelah selesai berdiskusi, siswa dapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition)

Kelebihan
  • Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengespresikan idenya.
  • Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
  • Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  • Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  • Siswa akan memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Kekurangan
  • Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.
  • Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan.
  • Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
  • Bagi siswa yang memiliki tingkat ketidak percaya dirian akan sulit berkembang 



Enter your email address to get update from jendela pendidikan.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Copyright © 2013. Jendela Pendidikan - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger