MENANAMKAN RASA TANGGUNG JAWAB ANAK DALAM SEBUAH PEMBELAJARAN
Pada masa 60-an bisa dikatakan hukuman fisik cukup pas untuk diterapkan dalam metode mengajar. Guru cenderung memperlakukan hukuman, seperti memukul tangan murid dengan penggaris kayu atau orang tua yang mendidik anaknya di rumah menjewer telinga si anak karena si anak malas belajar atau tidak mengerjakan PR. Metode seperti itu sekarang mungkin masih terjadi dengan alasan menerapkan disiplin kepada sang anak.
Satu permasalahan alasan, anak akan jera dan takut apabila anak tersebut melakukan sebuah kesalahan. Di sekolah ketakutan murid pada hukuman fisik cenderung bias jika ditunjukan menambah kekuatan atau wibawa guru, karena terkadang murid takut jika tidak mengerjakan tugas akan terkena hukuman disuruh berdiri didepan kelas. Tetapi dari kacamata lain murid pun akan mudah dikendalikan karena murid mempunyai rasa takut kepada guru dan murid akan manut terhadap apa yang di ajarkan guru.
Seiring perkembangan zaman dan metode pendidikan pada usia dini, hukuman fisik sering digugat efektivitasnya. Begitu pula, orang tua mulai memiliki kesadaran terhadap hukuman fisik, bahwa hukuman badan (fisik) itu berdampak positif akan tetapi terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif yang lebih. Tapi kini hampir keseluruhan sekolah tidak lagi menggunakan istilah hukuman sebagai balasan atas perbuatan murid yang dianggap kurang baik. Sebagian pendidik menyebutnya sebagai konsekuensi dan bukan lagi hukuman. Karena setiap sekolah pasti memiliki aturan tentang kedisiplinan dan konsekwensi belajar. Dari situlah dibuat aturan-aturan yang diterapkan di kelas, seperti anak diwajibkan untuk tidak membuat keributan saat guru sedang menjelaskan sebuah pelajaran atau siswa harus masuk tepat waktu jika terlambat harus menghadap ibu langsung.
Baca juga: PENTINGNYA KASIH SAYANG DALAM MENDIDIK ANAK
Anak bisa saja belajar dari kesalahan dan mengubah prilakunya tanpa harus dihukum. Justru semakin menambah hukuman kepada sang anak, anak akan merasa tertekan dan tidak ada pembelajaran bagi anak untuk membangun kesadaran supaya lebih baik dan lebih bertanggung jawab atas perbuatannya. Menjalankan disiplin memiliki kelebihan dibandingkan dengan sekedar hukuman. Dengan disiplin anak akan lebih memiliki kesadaran untuk lebih giat dan mengurangi kesalahannya. Dengan kata lain hukuman fisik dalam menegakan tanggung jawab anak lebih banyak merugikan perkembangan si anak dan kurang efektif jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.